Rabu, 16 Januari 2008

Teknik Menulis Berita

Oleh : Dion DB Putra

APA itu berita?

Berita atau news belum dapat didefinisikan oleh ahli-ahli bahasa secara paten. Pengertian yang paling sederhana dan dimengerti oleh publik ialah sesuatu yang disampaikan kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan. Berita ialah apa yang dilaporkan di surat kabar. Berita adalah apa yang Anda ketahui hari ini, yang tidak dapat Anda ketahui kemarin. Meski demikian, tidak semua hal atau peristiwa bisa diangkat menjadi berita atau memiliki nilai berita (news value).

Berita dalam karya jurnalistik ialah informasi yang disampaikan kepada publik (khayalak) melalui suatu media, misalnya koran harian atau majalah mingguan seperti Surat Kabar Harian Pos Kupang dan Mingguan Dian. Berita juga disiarkan media massa elektronik seperti televisi dan radio serta media online.

Seorang reporter atau wartawan dalam mencari sesuatu informasi, baik fakta atau data yang hendak diberitakan, perlu memahami kriteria berita. Kriteria umum berita adalah "penting" dan "menarik".

Sesuatu yang penting, misalnya upaya penanggulanan KLB diare di Kota Kupang atau kiat-kiat mencegah dan menanggulangi masalah PMS dan HIV/AIDS

Berita menarik misalnya hilangnya pesawat Adam Air, karena depresi seorang pemuda membuang diri di kali Liliba, oknum pejabat teras di Pemprop selingkuh dengan seorang stafnya atau seorang tukang sapu memenangkan undian berhadiah mobil BMW di BCA.

Satu berita bisa saja mengandung unsur penting dan menarik. Tetapi boleh jadi yang penting belum tentu menarik, demikian pula sebaliknya. Contohnya berita tentang kasus Jatropha (jarak pagar) atau penyimpangan keuangan di KPUD Kota Kupang yang menjadi headline di Pos Kupang beberapa hari terakhir ini. Berita itu penting tapi belum tentu menarik bagi pembaca. Yang harus diingat, berita sebagai karya jurnalistik adalah informasi yang berdasarkan fakta, bukan opini dari wartawan yang bersangkutan.

Sebuah peristiwa menjadi berita jika memenuhi kriteria-kriteria:

1. Proximity (kedekatan). Kedekatan di sini baik berkenaan dengan tempat, waktu maupun masalah. Sebagai contoh, berita tentang kematian satu keluarga di Amanuban, TTS karena keracunan makanan lebih kuat nilai beritanya bagi pembaca di Kupang dan NTT daripada untuk pembaca di Denpasar atau Mataram.

2. Timelines (ketepatan waktu). Semakin dekat jarak waktu antara kejadianya peristiwa dengan laporan beritanya, maka semakin banyak berita di baca orang. Dengan kata lain, setiap berita mutlak memenuhi aspek aktualisasinya

3. Kepentingan (importance). Peristiwa yang menyangkut kepentingan banyak orang atau memberi manfaat besar kepada banyak orang dan mempengaruhi kehidupannya selalu lebih menarik jika dibandingkan dengan berita yang hanya menyentuh kepentingan sebagian atau sekelompok orang. Misalnya, berita kenaikan harga 9 bahan kebutuhan pokok atau BBM akan lebih memancing perhatian banyak orang dibanding kenaikan harga baju gaul di mall.

4. Prominence (Keterkenalan, keulungan atau ketokohan). Berita tentang kaum populis, orang-orang terkenal atau terkemuka. Misalnya, seorang Putri NTT mati bunuh diri karena patah hati, nilai beritanya lebih tinggi daripada seorang penjual sayur kangkung di pasar Inpres Naikoten mati gantung diri.

5. Consequence (akibat/dampak) dari suatu peristiwa. Misalnya dampak dari praktek aborsi yang didalangi paramedis telah memancing reaksi kaum wanita di Kota Kupang
6. Human interest (Community news). Berita-berita yang berkaitan dengan masalah kemanusiaan. Human interest antara lain berkenaan dengan soal seks, kejahatan (crime) dan glamour (ter/paling).

Syarat-syarat berita

1. Benar. Setiap peristiwa yang akan ditulis harus benar-benar terjadi, bukan hasil impian atau rekayasa. Demikian pula dengan fakta dan datanya harus benar-benar ada. Kalau mengutip pernyataan nara sumber, apa yang dikatakan ditulis apa adanya. Jangan menambah atau mengurangi.

2. Lengkap. Kelengkapan juga merupakan bagian penting dalam menulis berita. Setiap data atau fakta yang dikemukakan harus utuh, tidak terpenggal-penggal.. Bila tidak utuh, akan terjadi salah tafsir terhadap berita tersebut.

3. Obyektif dan berimbang. Penulisan berita hendaknya obyetif, jujur dan apa adanya. Jangan ditambah atau dikurangi dengan keterangan yang tidak perlu atau dengan memasukan opini penulisnya. Sikap berpihak atau berprasangka juga mesti dijauhi. Dalam menulis, peganglah asas praduga tak bersalah. Hal ini untuk menghindari trial by the press. Berimbang artinya si wartawan tidak berat sebelah dalam menulis berita. Semua yang berkait dengan masalah yang diberitakan harus mendapat kesempatan yang sama (konfirmasi dua pihak).

4. Aktual. Peristiwa yang akan ditulis hendaknya baru saja terjadi atau berlangsung. Peristiwa yang sudah terjadi beberapa lalu sudah tidak menarik bagi pembaca.

Jenis-jenis berita

1. Berita langsung (straight news). Berita yang melaporkan suatu peristiwa secara cepat dan tepat. Misalnya, peristiwa kecelakaan lalu lintas, bencana alam gempa bumi, angin putting beliung, badai dan sebagainya. Penulisannya terkait pada model piramida terbalik (utamakan yang paling penting dan menarik).

2. Berita ringan (soft news). Berita yang ditulis dengan menekankan unsur manusiawinya,yaitu menonjolkan hal-hal yang menarik perhatian dan menyentuh perasaan (human interest). Penulisannya tidak terikat pada aturan piramida terbalik. Berita jenis ini kerap juga disebut feature.

3. Berita pendapat (opinion news). Berisi tanggapan atau komentar seorang pakar, pengamat dan pejabat mengenai suatu masalah yang sedang hangat dibicarakan masyarakat. Misalnya soal perampingan struktur birokrasi di Kabupaten Flores Timur pada awal tahun ini.

4. Berita mendalam (investigating news). Berita mengenai suatu masalah yang idgarap dengan investigasi mendalam oleh wartawan, sehingga tulisan tersebut mengungkap tuntas suatu masalah dari berbagai aspek. Misalnya, praktek free sex mahasiswa-mahasiswi di Kota Kupang.

Struktur berita
Secara umum, organisasi sebuah berita dibentuk oleh unsur-unsur berikut ini:

1. Judul. Judul adalah kalimat atau penggalan kalimat atau ungkapan yang dinilai mencerminkan isi berita. Judul harus singkat, menarik, luas dan merangsang pembaca untuk mengikuti berita tersebut.

2. Lead. Lead atau teras berita merupakan rangkuman berita. Dengan hanya membaca lead, pembaca sekurang-kurangnnya sudah mengerti pokok soal yang akan disajikan selanjutnya. Lead banyak macamnya. Beberapa di antaranya ialah:

a. Newspeg lead, lead yang cocok untuk majalah mingguan/bulanan

b. Summury lead (summing up lead). Cocok untuk surat kabar harian. Lead ini singkat, padat dan jelas serta paling banyak digunakan. Umumnya pendek, maksimal tiga kalimat yang terdiri dari 25 kata atau paling banyak 30 kata. Penekanan atau angle (sudut pandangnya) dipiih pada bagian penting dan menarik. Gunakan who bila yang bicara lebih penting dariapada apa yang dibicarakan. Gunakan what jika yang dibicarakan justru lebih penting atau menarik atau pilihlah lead why bila motof/penyebabnya dinilai lebih penting.

c. Teaser lead (lead menggoda), cocok untuk tulisan features.

d. Lead nyentrik. Jenis inipun bisa dipakai untuk tulisan feature atau karangan khas.

e. Quitation lead. Lead yang dimulai dengna kutipan langsung pernyataan nara sumber. Sebagai bahan bacaan kami sertakan tulisan khusus tentang jenis-jenis lead.

3. Bodi berita atau batang tubuh. Bodi menjelaskan bagian-bagian yang belum terungkap secara utuh dan lengkap dalam lead, baik menyangkut 5W 1 H atau pengembangannya
Apa itu 5 W +1 H?

What---------Apa?
Who-----------Siapa?
Where---------Di mana?
When----------Kapan?
Why----------- Mengapa/Kenapa?
How -----------Bagaimana?
Ini prinsip dasar yang menjadi pedoman bagi seorang wartawan dalam meliput dan menulis berita.

4. Penutup.

Sebelum menutup atau mengakhiri suatu berita, adalah baik bila wartawan memperkaya tulisan tersebut dengan informasi atau data-data tambahan agar tulisan tidak tampak "kering" dan kehilangan nuansa.

Siapakah wartawan?

Jika kita membahas tentang jurnalisme, ingin memahami atau menggugat jurnalisme, maka pertanyaan paling penting akhirnya kembali tentang diri kita sendiri: Siapakah wartawan?
Siapakah kita (wartawan) sehingga tetap dipandang, dihormati dan mendapat ruang yang tampan di tengah suatu komunitas sosial?

Siapakah wartawan? Pertanyaan ini harus diulang dan diulang berkali-kali agar wartawan tidak kehilangan jati diri dan idealisme pengabdiannya kepada masyarakat.

Kenyataannya, menjadi wartawan itu bukan hal yang mudah. Pekerjaan ini menuntut kita untuk selalu belajar tentang bagaimana mendapatkan dan menyajikan berita dengan benar, tidak peduli berapa lama Anda sudah menjalani profesi ini. Kita selalu dihadapkan pada tantangan untuk terus bekerja profesional.

Siapakah wartawan? Dapatkan setiap orang menyatakan diri sebagai wartawan dan mulai menulis atau menyiarkan apa saja sesukanya? Kalau Anda bertanya: Dapatkah setiap orang menyatakan diri sebagai dokter atau pilot pesawat? Jawabannya mudah. Tentu saja tidak bisa! Untuk menjadi dokter Anda harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang kedokteran, mendapatkan pelatihan dan memiliki pengalaman. Kalau tidak, pasien yang ada rawat mungkin berada dalam bahaya. Hal yang sama juga berlaku bagi profesi lain.

Bayangkan kalau seorang insinyur tidak memiliki pengalaman dan pengetahun membangun rumah. Cepat atau lambat rumah yang akan dibangunnya hampir pasti ambruk. Bagaimana dengan pilot pesawat terbang? Apakah Anda mau menumpang pesawat kalau Anda tahu pilotnya belum pernah belajar menerbangkan pesawat?

Jadi, bagaimana dengan wartawan? Banyak orang percaya seorang wartawan dapat mulai bekerja tanpa pendidikan, latihan atau pengalaman yang memadai. Apakah benar itu bukan masalah? Sebagai wartawan kita menjalankan profesi yang memerlukan tanggung jawab dan kematangan. Sebagaimana seorang dokter yang tak terlatih atau pilot yang tidak belajar terbang, wartawan yang menulis seenaknya juga dapat menimbulkan persoalan. Mereka bisa merusak reputasi orang tak bersalah. Bisa-bisa mereka menyebarkan informasi yang tidak benar atau menyesatkan sehingga melahirkan kepanikan atau menghasut terjadinya tindakan kekerasan yang mungkin bisa berakibat hilangnya nyawa orang. Menulis seenaknya pun Anda berpeluang masuk penjara alias hotel prodeo.

Wartawan ikut berperan dalam membentuk pendapat (opini). Memiliki bobot dalam masyarakat. Karena itu mereka harus memahami profesi mereka dengan baik, supaya tidak menimbulkan masalah dengan bertindak secara tidak profesional. Kita mungkin mengatakan bahwa seorang wartawan profesional adalah wartawan yang bekerja berdasarkan kode etik jurnalistik - seperti halnya profesi lain (dokter, insinyur, pengacara dan lain-lain).
Pada kenyataanya, cara orang menjadi wartawan di berbagai negara itu berbeda-beda. Beberapa negara tidak memiliki peraturan yang jelas, dan yang disebut 'wartawan' tidak terbatas pada mereka yang memiliki latar belakang dan pelatihan tertentu - setidaknya secara teori. Dalam praktek ini lebih sulit.

Para editor/redaktur media membutuhkan orang yang berbakat menulis atau menjadi penyiar dan orang tersebut juga harus memiliki pengetahuan luas tentang berbagai peristiwa terbaru. Banyak wartawan profesional mengawali karier dengan menjalani masa magang, bekerja pada tingkat yang masih yunior dan memperoleh gaji rendah - seringkali sampai satu atau dua tahun.

Sekarang makin banyak calon wartawan yang harus melalui pendidikan khusus; biasanya setelah mereka selesai belajar di perguruan tinggi. Di beberapa negara hak untuk menjadi wartawan dibatasi - seringkali oleh negara. Para calon diseleksi secara hati-hati dan mungkin harus mengikuti latihan di lembaga-lembaga khusus. Bahkan setelah itupun seringkali mereka diwajibkan memiliki izin untuk menjalankan profesi. Izin itu ada yang diberikan oleh serikat wartawan setempat, ada pula yang diberikan oleh suatu departemen pemerintah. Izin tersebut mungkin harus diperbarui atau diperpanjang secara teratur, misalnya setahun sekali.

Apa pekerjaan wartawan?

Secara umum ada tiga tugas utama pers yaitu memberi informasi, pendidikan dan menghibur masyarakat. Sampai sekarangpun hal-hal itu banyak dilakukan wartawan di manapun, baik mereka yang bekerja di radio, televisi, surat kabar ataupun media baru seperti internet.
Informasi yang akurat dapat membantu orang membentuk pendapat tentang persoalan yang mempengaruhi masyarakat mereka dan dunia luas di mana kita semua hidup. Orang dapat menggunakan media untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan belajar tentnag perkembangan penting dalam segala aspek kehidupan.

Hiburan juga merupakan suatu hal yang tumbuh dengan pesat dalam industri media dewasa ini. Tentu saja, hiburan yang berbobot tinggi pada saat yang sama dapat miliki sifat informatif dan mendidik. Pada hari-hari biasa seorang wartawan mungkin melakukan salah satu atau semua hal berikut ini:

- Hadir di tempat terjadinya peristiwa atau menghadiri suatu acara yang sudah dijadwalkan/diagendakan.
- Mengumpulkan informasi dan pendapat orang.
- Menyelidiki peristiwa atau suatu cerita.
- Memilih bahan yang paling penting dan akurat.
- Menghasilkan dan menyajian bahan yang mereka kumpulkan dalam berbagai cara - misalnya dalam bentuk artikel, wawancara, features atau komentar.
- Mengomentari berbagai perkembangan.
- Menangani bahan-bahan yang berasal dari para penyumbang informasi atau berita.
- Meneliti dan menyunting bahan yang diajukan oleh para pemberi informasi (nara sumber).

Para wartawan biasanya mengolah bahan yang banyak sekali dan menyajikannya sedemikian rupa sehingga mudah dipahami dan menarik bagi banyak orang.

Mereka bisa menjadi pemandu jalan dalam melalui liku-liku infomrasi yang rumit. Namun mereka bukanlah penyaring informasi yang pasif. Wartawan menggunakan keterampilan dan pengetahuan untuk mengajukan pertanyaan yang cerdas supaya memperoleh banyak informasi tentang cerita atau berita yang sedang digarap.

Wartawan diharapkan untuk bersifat obyetif-menyajikan pandangan yang tidak memihak tentang suatu peristiwa, menyampaikan informasi tanpa diliputi oleh persepsi pribadi dan emosi mereka. Di beberapa tempat, wartawan dipandang sebagai profesi yang memiliki peran khusus di dalam masyarakat, yaitu sebagai penengah antara pemerintah dan rakyat. Mereka menjelaskan kebijakan dan tindakan berbagai lembaga pemerintahan, sebaliknya mereka juga menyampaikan pendapat dan suara masyarakat untuk didengar oleh pemerintah.

Wartawan tidak menyuarakan pandangan satu pihak saja dari kalangan masyarakat, atau dari pihak pemerintah sekalipun. Mereka membiarkan berbagai pendapat yang berbagai agar bisa didengar, sehingga para anggota masyarakat demokratis dapat membentuk sendiri pendapat mereka tentang setiap persoalan.

Idealnya, media harus menyediakan semua informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat supaya mereka dapat membentuk pendapat dan membuat keputusan sendiri tentang berbagai aspek kehidupan: baik itu persoalan politik, ekonomi, sosial atau budaya.

Seorang wartawan profesional akan dapat membaca apa yang menjadi keprihatinan masyarakat. Dia akan dapat menggali informasi lebih banyak tentang persoalan tadi untuk memperoleh pemahaman sebaik-baiknya. Dan dia memiliki kemampuan untuk menyampaikan persoalan secara jelas sehingga mudah dipahami oleh semua orang.

Bayangkan seseorang yang sangat tinggi dan besar, kakinya mantap berpijak di bumi namun kepalanya berada lebih tinggi dari kerumunan orang di sekitarnya. Begitu perumpamaannya. Wartawan diharapkan untuk tetap terkait dengan masyarakat di mana dia berada, namun dia juga mampu melihat kaitan-kaitan dan interaksi lain karena keluasan pandangannya.

Di mana wartawan bekerja?

Medan kerja wartawan makin luas. Mereka bekerja dim surat kabar, majalah dan jurnal khusus; stasiun radio; stasiun televisi; lembaga informasi atau pemberitaan; kantor-kantor hubungan masyarakat; jasa pelayanan teks televisi; internet dan lembaga foto berita.
Ada wartawan yang disebut stringer dan freelance. Mereka biasanya bekerja sendiri dan menyediakan karyanya untuk berbagai lembaga media. Kebanyakan wartawan melaporkan hal-hal secara umum berbagai macam berita. Namun ada juga wartawan yang mengkhususkan diri pada bidang tertentu, misalnya: Politik, masalah sosial, kesehatan, seni dan budaya, bisnis dan ekonomi dan olahraga.

Apa yang membuat wartawan profesional?

Adakah kualitas tertentu yang harus dimiliki wartawan profesional? Kalau memang ada: Apa saja kualitas itu? Para instruktur pelatihan wartawan telah berulang kali menanyakan hal ini dalam kursus di berbagai kawasan dunia. Kebanyakan peserta kursus tampaknya sepakat bahwa ada kualitas tertentu yang mereka harapkan dari seorang wartawan yang baik.
Kualitas ini antara lain:
- Rasa ingin tahu yang alami
- Kematangan dan tanggung jawab
- Pengetahaun umum luas
- Kreatifitas
- Kesabaran dan persistensi
- Keberanian
- Keadilan, kejujuran dan integritas
- Cara berpikir yang independen dan selalu berusaha mencari jawaban.

Seorang wartawan yang baik juga diharapkan memiliki bakat dalam melakukan pekerjaannya, memiliki rasa ketertarikan terhadap masyarakat yang menikmati karyanya dan memiliki hubungan baik dengan berbagai sektor masyarakat.

Untuk konteks Indonesia, banyak dari pengelola media menyebutkan kualitas tersebut di atas sebagai sifat yang harus dimiliki seorang wartawan yang baik. Mereka berpendapat bahwa wartawan yang baik tidak akan mau menerima 'amplop'- karena amplop atau kiriman hadiah dapat memelintirkan kejujuran informasi.

Tentu saja ada keterampilan khusus yang dituntut oleh suatu jenis liputan tertentu. Seorang wartawan radio perlu memiliki suara yang jelas dan enak didengar serta percaya diri, seorang wartawan sebuah surat kabar kecil barangkali harus juga memiliki keterampilan menyusun tata letak (layout).

Para wartawan sekarang ini memiliki tugas yang makin banyak - tugas yang sebelumnya dilakukan oleh para teknisi khusus; misalnya pengambilan gambar (filming) dan penyutingan. Berbagai keterampilan itu seringkali memang banyak gunanya untuk dapat bekerja di bidang radio, televisi, media cetak atau internet, misalnya.

Bagi banyak wartawan hal ini menimbulkan masalah: ada wartawan yang mungkin sangat berbakat dalam menulis atau menjadi penyiar profesional namun tidak tertarik pada perkembangan komputer.

Mereka merasa ketinggalan di zaman yang serba cepat ini. Namun sekarang ini sangat mungkin bagi banyak orang untuk belajar berbagai keterampilan seperti misalnya merancang situs internet atau menyuting suara untuk radio maupun televisi.

Sebagai wartawan kita selalu ditantang untuk menyegarkan pengetahuan dan kewartawanan, pengetahuan umum dan terus mengikuti perkembangan teknologi mutakhir. Keterampilan teknis selalu dapat ditingkatkan dan diperbaiki. Namun, penekanan utamanya adalah memiliki keterampilan jurnalistik, editorial dan profesionalisme yang memadai.

Memiliki pertimbangan editorial (editorial jugdement) yang memadai merupakan tuntutan dasar sepanjang umur bagi wartawan. Ini jauh lebih sulit untuk mendapatkannya dibanding keterampilan lain. Hal mendasar itu penting didiskusikan dalam pelatihan tingkat lanjutan.
Meliput dan menulis berita

Tahap pertama dari pekerjaan seorang waratawan diawali dengan mengumpulkan bahan berita. Namun, sebelum terjun ke lapangan, perlu perencanaan yang matang. Pekerjaan wartawan (sebagai pekerja intelektual-profesional) harus berpedoman pada perencanaan yang baik serta mekanisme kerja yang teratur.

Rencana peliputan tidak hanya berlaku bagi peristiwa yang sudah terjadwal (berita agenda), tetapi untuk peristiwa yang terjadi tiba-tiba pun perlu direncanakan bentuk liputannya. Misalnya banjir bandang melanda wilayah Kota Kupang. Sebelum ke lokasi, dalam sisi kepala sang wartawan semestinya sudah terprogram apa yang akan diketahui di lokasi (penyebab banjir, keadaan korban, bantuan), siapa saja yang perlu dihubungi dan lain-lain.
Bahkan rincian pertanyaan pun hendaknya sudah disiapkan agar tidak kelabakan ketika sudah berada di lapangan. Kendati sepele, sebelum menuju obyek liputan wartawan pun perlu menyiapkan peralatan seperti alat tulis, rekaman dan kamera.

Nah.....apakah Anda tertarik menjadi wartawan ???

Tidak ada komentar: