Rabu, 21 Januari 2009

Semburan Lumpur Panas di Mataloko


LUMPUR PANAS -- Tampak semburan lumpur panas di PLTPB Mataloko, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada.


SEMBURAN lumpur panas di lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Mataloko, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada. Pihak PLTPB belum bisa melakukan penanganan karena masih menunggu kedatangan Tim Geologi Bandung yang menurut rencana tiba di Mataloko, Rabu (21/1/2009).

Kini, semburan lumpur panas menjadi tontonan warga sejak Selasa (20/1/2009). Warga dari berbagai wilayah di Ngada datang berbondong-bondong untuk menyaksikan secara dekat lumpur panas.

Lumpur panas meluber hingga membentuk 'danau' dengan diameter 50 meter. Di bagian pinggiran kawah itu petugas telah menggali selokan agar lumpur panas yang meluap tidak masuk ke areal perkebunan warga. Namun, penanganan guna mengatasi bahaya semburan lumpur panas belum ada.

Warga yang berdomisili di dekat lokasi semburan yaitu desa Ratogesa, Kelurahan Mataloko dan Kelurahan Todabelu, mengaku resah dengan kejadian tersebut. Mereka khawatir karena semburan panas merusak tanaman dan pemukiman mereka. Sumur yang menyemburkan panas itu berada di Lokasi Sumur Mataloko I dari delapan sumur di PLTPB Mataloko. Lumpur panas bercampur belerang meluap hingga ke kebun jagung di sekitar lokasi panas bumi.

Warga di sekitar lokasi khawatir sumber mata air yang mereka minum bisa tercemar lumpur panas yang bercampur belerang. Sementara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngada belum bersikap karena masih menunggu Tim Geologi Bandung guna melihat semburan lumpur tersebut.

"Saya tinggal di kampung sebelah yang berdekatan dengan lokasi panas bumi. Saya khawatir tanaman jagung kami bisa gagal karena terkena semburan lumpur panas. Munculnya lumpur panas ini terdengar seperti bunyi meriam," kata Wilhelmina, warga Desa Ratogesa.

Sejak adanya pembangunan PLTPB Mataloko, kata Wilhelmina, mereka telah khawatir kalau tanaman perkebunan dan pertanian bisa terancam karena semburan tersebut. Di sekitar lokasi, semburan lumpur panas telah merusak tanaman jagung warga di sekitar lokasi. Ada juga dedaunan yang berubah warna menjadi hitam pekat. Perubahan tersebut karena semburan dari dalam sumur bor yang hanya ditutup dengan batu.

Sumur yang dibor hanya ditutup dengan bebatuan kali sebanyak 30 truk. Ada dua sumur. Yang satunya telah dicor dan dipasang pipa. Sumur yang mengeluarkan semburan lumpur panas memiliki kedalaman sekitar 200 meter.

Awalnya, semburan lumpur panas hanya ada beberapa titik. Sekarang ini muncul titik baru yang mengeluarkan lumpur panas. Luapan lumpur panas ini terjadi karena hujan yang terus mengguyur wilayah Golewa, Rabu sore kemarin. Luapan lumpur panas hingga ke kebun warga karena ada selokan yang digali petugas panas bumi dengan maksud lumpur bisa mengalir ke kali. Tetapi warga di sekitar protes karena takut sumber air minum tercemar lumpur panas.

Selain itu, selokan yang digali untuk mengalirkan lumpur yang meluap dibangun seperti jalan setapak menuju ke kebun jagung warga yang letaknya di dataran rendah/di bagian bawah dari lokasi panas bumi. (ris/pk edisi 20 januari 2009 hal 1)
Selanjutnya...