Kamis, 22 Januari 2009

Lumpur Panas Mendatangkan Penyakit


PENYAKIT KULIT -- Seorang anak di Kelurahan Todabelu, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, sekitar lokasi semburan lumpur panas, menderita penyakit kulit.

SEMBURAN lumpur panas disertai bau belerang yang menyengat di lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Mataloko, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, kini menimbulkan dampak bagi warga sekitar. Anak-anak dan balita mulai terserang penyakit kulit.
Kulit di sekujur tubuh terkelupas. Diduga, penyakit ini muncul dampak dari suhu panas dan bau belerang.

Warga yang terkena penyakit kulit itu berdomisili pada radius sekitar 600 meter dari lokasi panas bumi, yakni Desa Ratogesa, Kampung Toda, Kelurahan Todabelu dan Mataloko, Kecamatan Golewa.

Terkait kasus itu, warga meminta pengelola PLTPB Mataloko bertanggung jawab dan sesegera mungkin mengatasi semburan lumpur panas tersebut.

Domi Boko, tokoh masyarakat di Kampung Toda, menuturkan, banyak balita dan anak di kampung itu terkena penyakit kulit yang hingga kini belum diobati. Jumlah penderita terus bertambah sejak ada semburan lumpur panas dari lokasi PLTPB Mataloko.

"Kami sudah sampaikan kepada pengelola PLTPB Mataloko, agar memperhatikan balita dan anak-anak yang terkena penyakit. Tapi dari pengelola Panas Bumi katakan tidak apa-apa. Kami berharap pengelola PLTPB bertanggung jawab menutupi semburan lumpur panas tersebut," tegas Boko.

Boko menunjukkan dua orang anak yang terkena penyakit kulit, yakni Yovin Suli (11) dan Fancy Bate (11).

Boko juga mengungkapkan, para petani juga trauma karena akibat lumpur panas tanaman jagung, kacang dan ubi-ubian terancam gagal panen. Ini tanaman tersebut mulai mengering akibat lumpur panas itu. Selain itu, tanaman kopi, kakao, cengkeh dan kemiri juga rusak karena terkena semburan lumpur panas.

Sementara itu, Ny. Petronela Due, mengatakan, tiga orang anaknya juga terserang penyakit kulit dan sampai sekarang belum diobati. Tiga anaknya itu, yakni Iren Waja (6), Fiano Hanu (4 bulan) dan Bertin Bhubhu (8).

Tim Bapedalda Kabupaten Ngada, Kamis (22/1/2009) siang turun ke lokasi panas bumi dan mengambil air di beberapa sumber air di lokasi yang berada dekat semburan lumpur panas. Air yang diambil itu akan dijadikan sampel untuk mengidentifikasi, apakah air itu tercemar atau tidak.

"Kami hanya mengidentifikasi air minum di lokasi yang berada di panas bumi. Air yang kami ambil akan diperiksa di laboratorium untuk memastikan, apakah air itu tercemar atau belum," kata Emanuel Kora, Kabid Pengelolaan Kualitas Lingkungan Bapedalda Ngada.

Pemerintah Kelurahan Todabelu dan petugas pertanian di Kecamatan Golewa, telah mendata kerugian tanaman jagung, kacang dan ubi yang terkena semburan lumpur panas. Didata juga tanaman cengkeh, kopi, kakao dan kemiri yang terkena semburan lumpur panas.

Lokasi semburan lumpur panas membentuk kawah berdiameter 100 meter. Tinggi semburan mencapai 2 meter. Hingga Jumat (23/1/2009), Tim Geologi Bandung belum tiba di lokasi semburan lumpur. (ris)
Selanjutnya...