Jumat, 13 November 2009

Jurnalisme, Gender dan Trauma

BIRO Pemberdayaan Perempuan (PP) Propinsi NTT bekerjasama dengan The United Population Fund (UNFPA) menyelenggarakan pelatihan jurnalisme gender dan trauma bagi wartawan media cetak dan elektronik di Kupang.

Kegiatan ini berlangsung di Hotel Kristal Kupang mulai Kamis - Jumat (12-13/11/2009). Kegiatan ini diikuti 20 orang wartawan media cetak dan elektronik yang tergabung dalam Forum Wartawan Peduli Gender.

Kepala Biro PP Setda NTT, Yovita Mitak mengatakan, pemahaman akan konsep kesetaraan dan kehadiran gender masih sangat terbatas di semua kalangan, termasuk kalangan perencana dan pelaksana pembangunan.

"Hal inilah yang memperlambat upaya mengintegrasikan konsep tersebut ke dalam berbagai kebijakan, strategi, program dan kegiatan dalam pelaksanaan pembangunan," ujar Mitak.

Persoalan lain, katanya, masih banyaknya produk hukum dan peraturan perundang-undangan yang bias gender, diskriminasi terhadap perempuan, dan belum peduli anak.

Di samping itu, perundangan yang ada belum dilaksanakan secara konsekwen untuk menjamin dan melindungi termasuk memberikan perlindungan bagi perempuan dan anak dari tindak kekerasan, diskriminasi dan eksploitasi.

"Kekerasan ini dapat kita temui dimana saja tanpa dibatasi oleh status sosial, baik itu berupa kekerasan fisik, psikis, seksual dan penelantaran rumah tangga baik oleh perorangan, keluarga atau kelompok yang ada dalam rumah tangga," katanya.

Untuk melindungi perempuan dan anak dari tindak kekerasan, katanya, sejumlah undang-undang dan peraturan telah dibuat pemerintah, antara lain UU 23/2002 tentang Perlindungan Anak dan UU 23/2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Mitak menambahkan, untuk menanggulangi, mengurangi dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya perlindungan perempuan dan anak dari segala bentuk tindak kekerasan, dibutuhkan peran serta seluruh komponen masyarakat, lembaga organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, swasta, pegiat massa, forum wartawan dan organisasi peduli perempuan dan anak.

"Peran yang dilakukan, yakni memberikan sosialisasi, edukasi dan advokasi tentang keutamaan gender, perlindungan perempuan dan anak," katanya.

Selain Yivita Mitak, tampil sebagai pembicara adalah Pius Rengka yang berbicara tentang etika profesi wartawan. Sedadangkan Farida dan Mario dari Yayasan Pulih Indonesia berbicara mengenai pemberitaan yang berperspektif gender serta pemberitaan yang meminimalisir trauma bagi korban. *

Tidak ada komentar: