Senin, 29 September 2008

Mesin Pengering Kacang Mete di Ile Padung Mubazir

SATU unit mesin pengering kadar air kacang jambu mete bantuan Dinas Perkebunan Propinsi NTT tahun anggaran 1995/1996 untuk Kelompok Tani Puna Liput, di Desa Ile Padung, Kecamatan Lewolema (dahulu Tanjung Bunga, Red), kini mubazir. Hingga saat ini peralatan tersebut tidak bisa digunakan karena di Desa Ile Padung belum ada listrik PLN.

Genzet (generator zet) yang dimiliki kelompok masyarakat setempat kekuatan/dayanya sangat kecil sehingga tidak mampu mengoperasikan peralatan itu.

Pembantu Sekretaris Puna Liput (kelompok pengelola kacang mete, Red) di Desa Ile Padung, Aloysius Maran, didampingi anggota kelompok, Ny.Lusia Kelen (53), mengakui hal ini saat ditemui di sela-sela kegiatan mengupas kacang mete di gedung Puna Liput, Jumat (27/9/2008).

Maran menjelaskan, pada TA 1995/1996 kelompok Puna Liput beranggotakan 12 orang mendapat bantuan paket peralatan penunjang kerja mengelola kacang mete. Misalnya, enam meja dilengkapi alat pemecah, menggunting kulit luar biji mete, juga alat mencungkil kacang dari kulit, termasuk alat/mesin pengering kadar air kacang mete yang telah dikupas dan dibersihkan kulit arinya.

"Dari paket bantuan Dinas Perkebunan NTT hanya satu peralatan belum kami manfaatkan, yakni mesin oven pengering kadar air kacang mete untuk siap diekspor," ujar Maran.

Mesin pengering kadar air kacang mete merk Memmert buatan Jerman hanya dipajang. Dalam mesin disimpan alat bongkar pasang seperti pemukul, pencabut paku, pisau, parang, gergaji dan obeng. Peralatan mesin senilai ratusan juta itu hanya dimanfaatkan sebagai lemari untuk simpan perkas kelompok kacang mete Puna Liput di Ile Padung.

Maran mengatakan, peralatan itu tidak digunakan untuk pres kadar air kacang mete karena selama ini kelompok Puna Liput hanya andalkan sinar matahari sebagai kekuatan alami untuk kurangi kadar air dengan cara kacang mete yang telah dipisahkan dari kulit luarnya dijemur dibawah terik matahari. Namun kelompok ini kesulitan saat musim hujan sehingga mengurang produksi karena keterbatasan tenaga untuk menjemur serta cuaca mendung sehingga kacang mete lama kering.

Ia mengharapkan bantuan Pemkab Flotim menghadirkan jaringan listrik PLN di Desa Ile Padung, Sinarhading dan Belogili agar ke depan bisa membantu produksi pengolahan kacang mete asal Flotim yang lebih berkualitas menggunakan mesin pres kadar air kacang mete.

"Kacang mete yang hendak diekspor kualitasnya harus tetap terjamin dan kadar airnya hanya 10 persen. Lebih dari itu tergolong kualitas buruk," katanya sembari menambahkan harga kacang mete utuh yang diproduksi kelompok Tuna Liput Ile Padung Rp 80.000/kg dan kacang mete yang tidak utuh/pecah Rp 50.000/kg. (art/Pos Kupang edisi Selasa 30 September 2008 hal 16)

Tidak ada komentar: